Wednesday, 2 January 2019

Jadi Cerdik Konsep Evaluasi Autentik Pada Proses Dan Hasil Belajar


Penilaian autentik (Authentic Assessment) ialah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil berguru penerima didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun.

Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi berguru penerima didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, acara mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013


  1. Penilaian autentik mempunyai relevansi berpengaruh terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
  2. Penilaian tersebut bisa menggambarkan peningkatan hasil berguru penerima didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.
  3. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan penerima didik untuk mengatakan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik.
  4. Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
  5. Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang memakai standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, atau menciptakan tanggapan singkat.
  6. Tentu saja, teladan penilaian menyerupai ini tidak diartikan dalam proses pembelajaran, alasannya memang lazim dipakai dan memperoleh legitimasi secara akademik.
  7. Penilaian autentik sanggup dibentuk oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan penerima didik.
  8. Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, penerima didik sanggup melaksanakan acara berguru lebih baik saat mereka tahu bagaimana akan dinilai.
  9. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam perihal tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan berguru yang lebih tinggi.
  10. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.
  11. Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan penerima didik, serta keterampilan belajar.
  12. Karena penilaian itu merupakan bab dari proses pembelajaran, guru dan penerima didik menyebarkan pemahaman perihal kriteria kinerja.
  13. Dalam beberapa kasus, penerima didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan keinginan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
  14. Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan penerima didik, alasannya berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk berguru bagaimana berguru perihal subjek.
  15. Penilaian autentik harus bisa menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh penerima didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum bisa menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
  16. Atas dasar itu, guru sanggup mengidentifikasi bahan apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk bahan apa pula kegiatan remedial harus dilakukan.

Penilaian dan Autentik dan Pembelajaran Autentik


  1. Penilaian autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula.
  2. Menurut Ormiston, berguru autentik mencerminkan kiprah dan pemecahan problem yang dibutuhkan dalam kenyataannya di luar sekolah.
  3. Penilaian autentik terdiri dari aneka macam teknik penilaian. Pertama, pengukuran eksklusif keterampilan penerima didik yang bekerjasama dengan hasil jangka panjang pendidikan menyerupai kesuksesan di kawasan kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang dipakai untuk menghasilkan respon penerima didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
  4. Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik semoga semua siswa sanggup mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda.
  5. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian kiprah di mana penerima didik telah memainkan kiprah aktif dan kreatif.
  6. Keterlibatan penerima didik dalam melaksanakan kiprah sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
  7. Dalam pembelajaran autentik, penerima didik diminta mengumpulkan warta dengan pendekatan scientific, memahami aneka fenomena atau tanda-tanda dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia kasatmata yang ada di luar sekolah.
  8. Guru dan penerima didik mempunyai tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, mempunyai parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas.
  9. Penilaian autentik pun mendorong penerima didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi warta untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.

Pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu:

  1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan penerima didik serta desain pembelajaran.
  2. Mengetahui bagaimana cara membimbing penerima didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumber daya memadai bagi penerima didik untuk melaksanakan akuisisi pengetahuan.
  3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat warta baru, dan mengasimilasikan pemahaman penerima didik.
  4. Menjadi kreatif perihal bagaimana proses berguru penerima didik sanggup diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.

Jenis-jenis Penilaian Autentik


  1. Penilaian Kinerja
  2. Penilaian Proyek
  3. Penilaian Portofolio
  4. Penilaian Tertulis

1. Penilaian Kinerja


Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi penerima didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru sanggup melakukannya dengan meminta para penerima didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.

Berikut ini cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja.

  • Daftar cek (checklist).
  • Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records).
  • Skala penilaian (rating scale).
  • Memori atau ingatan (memory approach).

2. Penilaian Proyek


Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap kiprah yang harus diselesaikan oleh penerima didik berdasarkan periode/waktu tertentu. Penyelesaian kiprah dimaksud berupa pemeriksaan yang dilakukan oleh penerima didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.

Berikut ini tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam penilaian proyek.

  • Keterampilan penerima didik dalam menentukan topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas warta yang diperoleh, dan menulis laporan.
  • Kesesuaian atau relevansi bahan pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh penerima didik.
  • Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh penerima didik.

3. Portofolio


Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang mengatakan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja penerima didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi penerima didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.

Penilaian portofolio dilakukan dengan memakai langkah-langkah menyerupai berikut ini.

  • Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
  • Guru atau guru bersama penerima didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
  • Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, sanggup berdiri diatas kaki sendiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
  • Guru menghimpun dan menyimpan portofolio penerima didik pada kawasan yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
  • Guru menilai portofolio penerima didik dengan kriteria tertentu.
  • Jika memungkinkan, guru bersama penerima didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
  • Guru memberi umpan balik kepada penerima didik atas hasil penilaian portofolio.

4. Penilaian Tertulis


Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut penerima didik bisa mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas bahan yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga bisa menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan penerima didik.

No comments:

Post a Comment