Wednesday, 2 January 2019

Jadi Pintar Anak Cerdas Melalui Integrated Learning Berbasis Asmaul Husna


Setiap orang renta menginginkan anaknya cerdas. Kecerdasan intinya bisa dibedakan menjadi dua, yaitu kecerdasan mental dan kecerdasan intelektual. Di sinilah penting peranan orang renta dalam berbagi kecerdasan anak. Masih banyak orang renta yang memuja kecerdasan intelektual yang mengandalkan kemampuan berlogika semata. Orang renta merasa besar hati dan berhasil mendidik anak, jika melihat anak-anaknya mempunyai nilai rapor yang bagus, menjadi juara kelas. Tentu saja hal ini tidak salah, tetapi tidak juga benar seratus persen.

Beberapa penelitian justru memperlihatkan bahwa kecerdasan emosional, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual yang lebih kuat bagi kesuksesan seorang anak. Untuk itu membangun anak yang cerdas harus bersamaan dengan mengantarkan keimanan dan ketakwaan. Kecerdasan anak akan melahirkan sikap ketundukan dan akreditasi akan keberadaan Allah SWT. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan juga harus disertai dengan penanaman kebijaksanaan pekerti luhur supaya anak mempunyai berpengetahuan sekaligus mempunyai huruf dan beradab, sehingga anak memilki ilmu yang utuh, seimbang dan lengkap dalam semua aspek pembelajaran, atau yang dikenal dengan pendidikan holistik.

Pembelajaran terpadu, yang lebih dikenal intergrated learning (pembelajaran yang memadukan aneka macam penguasaan dari beberapa mata pelajaran yang keterkaitan pada suatu tema), sehingga anak terbiasa memandang segala sesuatu dalam citra yang utuh. Integrasi proses pembelajaran di sekolah, dirasa perlu untuk menginterpretasikan kembali seluruh materi pelajaran sekolah dengan muatan-muatan nilai yang Islami.

Sementara itu integrated learning berbasis Asmaul Husna sanggup memperlihatkan peluang kepada siswa dari aneka macam sumber infomasi berbeda dalam suatu tema, sehingga siswa sanggup memecahkan problem dengan memperhatikan faktor- faktor berbeda (ditinjau dari aneka macam aspek). Selain itu dengan kurikulum terintegrasi, proses berguru menjadi relevan dan kontekstual sehingga siswa sanggup berpartsipasi aktif dalam seluruh dimensi, baik fisik, social, emosi, dan pengetahuan.

Misalnya, Tema besar yang diambil dalam satu tahun ialah "IBU KOTA JAKARTA" dengan tujuan mengenalkan pusat pemerintahan negara Indonesia.Tema besar dikembangkan menjadi tema kecil dengan seluruh tema di kaitkan dengan Asmaul Husna guna mendidik akseptor didik supaya senantiasa mengagungkan Allah SWT. Tema yang dikembangkan contohnya ibarat tema di bawah ini:

  • Allah الواسع (Al-Waasi) memperlihatkan lingkungan Jakarta menjadi ibukota negara yang padat dan ramai.
  • Allah الفتاح (Al-Fattaah) membuka pintu rahmat untuk memperingati hari Kemerdekaan Indonesia di bulan Ramadhan
  • Allah النافع (An-Naafi) Maha Memberi manfaat buah-buahan yang merupakan kebutuhan bagi masyarakat Jakarta
  • Allah الحليم (Al-Haliim) Maha Pemberi kesabaran kepada seniman Betawi.
  • Allah الخالق (Al-Khaaliq) telah membuat hewan yang hidup di dua alam
  • Allah السلام (As-Salaam) Maha menyelamatkan masyarakat Jakarta dari peristiwa banjir
  • Allah الرشيد (Ar-Rasyiid) Maha Pemberi kepandaian kepada insan untuk membuat televisi
  • Allah النور (An-Nuur) Maha Pemberi Cahaya api pada kehidupan manusia
  • Allah الهادئ (Al-Haadii) telah memberi petunjuk kepada insan untuk membuat bus way sebagai alat transportasi untuk rekreasi
  • Allah الماجد (Al-Majiid) maha memuliakan para jagoan pejuang tanah Betawi

Pembelajaran diatas yang dilaksanakan dengan memperhatikan tumbuh kembang anak dan tetap memperhatikan prinsisp-prinsip pendidikan anak usia dini, diantaranya; proses pembelajaran berlandaskan pada teori dan pengalaman empirik, upaya dalam merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (kecerdasan jamak) melalui bermain yang berkala dan terarah serta santunan pendidik. Selain itu Pembelajaran diubahsuaikan pula dengan tahapan, karakteristik dan perkembangan anak.

Pendekatan model pembelajaran yang di lakukan melalui pengembangan model yang berpusat kepada anak, sangat efektif dalam melejitkan kecerdasan anak. Untuk itu integrated learning berbasis Asmaul Husna dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan yangmenyenangkan, merangsang semua aspek kecerdasan, sesuai tahap perkembangan, potensi, dan kebutuhan masing-masing anak, dan dilaksanakan secara bertahap, berulang dan tuntas.

Dengan demikian upaya melejitkan semua potensi anak, baik motorik, bahasa, kognitif, emosional, dan sosial dengan mengedepankan kebebasan memilih, merangsang kreativitas, dan penumbuhan huruf berlandaskan kepada sifat-sifat Illahiyah menimbulkan anak lebih bisa mengenal Allah lebih dekat. Keinginan orang renta untuk mewujudkan anak yang cerdas, bertaqwa dan berakhlak mulia dengan sendirinya sanggup tercapai dengan optimal.

Adapun acara pembelajaran yang dipakai dalam model sentra, mengadopsi dan berbagi teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget, Lev Vigotsky, Anna Freud, dan Sarah Smilansky. Para jago psikolog tersebut percaya bahwa ada empat unsur atau konsep dasar yang harus diperhatikan dalam menyelenggarakan pembelajaran untuk anak usia dini, yaitu teori pengetahuan (theory of knowledge), teori perkembangan (theory of development), teori berguru (theory of learning), dan teori mengajar (theory of teaching). Adapun teori-teori tersebut adalah:

a. Teori pengetahuan


Piaget menyampaikan bahwa insan itu mempunyai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu dalam menjalani hidupnya. Pengetahuan ini sudah ada dalam diri insan dan tinggal mengkonstruk saja.

b. Teori Perkembangan (Theory of Development)


Manusia mempunyai pola perkembangan dan karakteristik dari bayi hingga dewasa. Para jago psikologi beropini bahwa insan dalam perkembangannya mempunyai karakteristik tertentu.

c. Teori Belajar (Learning Theory)


Sesuai dengan acara pendidikan bagi anak usia dini yaitu penerapan pembelajaran yang sempurna dengan pendekatan bermain, bahwa dari teori pengembangan tersebut sanggup dilihat anak memperoleh pengetahuan yang sanggup berbagi kemampuan dirinya melalui kegiatan bermain sambil berguru (learning by playing). Pada hakikatnya anak bahagia bermain, anak sangat menikmati permainan, tanpa terkecuali.

Melalui bermain, anak sanggup beradaptasi dengan lingkungannya dan sanggup menjadi lebih dewasa. Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam bermain ialah :

  • Bermain harus muncul dalam diri anak.
  • Bermain harus bebas dari hukum yang mengikat.
  • Bermain ialah acara yang faktual dan sesungguhnya.
  • Bermain harus difokuskan pada proses dari pada hasil.
  • Bermain harus didominasi oleh pemain.
  • Bermain harus melibatkan tugas aktif dari pemain.

Peran orang remaja dalam bermain sangat penting, dimana orang remaja memperlihatkan makna pada permainan si anak, supaya dalam bermain anak sanggup memperoleh pengetahuan.

Adapun jenis-jenis main yang dikembangkan adalah:

1. Sensorimotor atau main fungsional


Kebutuhan sensorimotor anak didukung saat mereka diberi kesempatan untuk bergerak secara bebas, bermain di halaman atau di lantai atau di meja dan di kursi. Kebutuhan bermain sensorimotor anak didukung jika lingkungan baik di dalam maupun di luar ruangan menyediakan kesempatan untuk berafiliasi dengan banyak tekstur dan barbagai jenis materi bermain yang berbeda yang mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak.

2). Main tugas (mikro dan makro)


Main tugas juga disebut main simbolik, pura-pura, make believe, fantasi, imajinasi, atau main drama sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial dan emosi anak pada usia tiga hingga enam tahun (Vigotsky, 1967, Erikson, 1962). Fungsi main tugas memperlihatkan kemampuan berpikir anak yang lebih tinggi. Sebab anak bisa menahan pengalaman yang didapatnya melalui panca indra dan menampilkannya kembali dalam bentuk sikap berpura-pura. Main tugas membolehkan anak memproyeksikan diri ke masa depan, membuat kembali ke masa kemudian dan berbagi ketrampilan khayalan.

3). Main Pembangunan


Main pembangunan juga dibahas dalam kerja Piaget (1962) dan Smilansky (1968). Piaget menjelaskan bahwa kesempatan main pembangunan membantu anak untuk berbagi keterampilannya yang akan mendukung keberhasilan sekolahnya di kemudian hari. 13 Main pembangunan bertujuan merangsang kemampuan anak mewujudkan pikiran, ide, dan gagasannya menjadi karya nyata.

Selain itu, anak menghadirkan dunia mereka melalui main pembangunan, mereka berada di posisi tengah antara main dan kecerdasan menampilkan kembali. Ketika anak bermain pembangunan, anak terbantu berbagi keterampilam koordinasi motorik halus juga berkembangnya kognisi ke arah berpikir operasional, dan membangun keberhasilan sekolah di kemudian hari, rujukan materi main berupa materi pembagunan yang terstruktur, ibarat balok unit, balok berongga, balok berwarna, logo, puzzle, cat, pulpen hingga pensil.

d. Teori Pembelajaran (Theory of Instruction)


Pembelajaran pada anak usia dini selalu memakai pendekatan bermain anak. Program ini memperlihatkan kesempatan pada anak untuk bermain dan mengeksplorasi permainannya seluas-luasnya sesuai dengan tahapan perkembangan yang dimiliki oleh individu masing-masing anak.

Pada model pembelajaran sentra, seorang guru lebih sebagai pengkonstruksi pemikiran anak dan pengobserver perkembangan anak serta sebagai model bagi anak.

Agar tercapai pelaksanaan pembelajaran, tentu saja yang harus diperhatikan ialah karakteristik perkembangan anak, alasannya ialah dalam pembelajaran model pusat ini, yang dibutuhkan ialah tercapainya perkembangan psikologis anak sesuai dengan usia biologisnya secara natural sesuai dengan irama perkembangan masing-masing anak.

No comments:

Post a Comment