Tuesday, 1 January 2019

Jadi Terpelajar Makna Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Berdasarkan Al-Qur’An


Menurut al-Qur’an, pertumbuhan dan perkembangan insan mempunyai teladan umum yang sanggup diterapkan pada manusia, meskipun terdapat perbedaan individual. Pola yang terjadi ialah bahwa setiap individu tumbuh dari keadaan yang lemah menuju keadaan yang berpengaruh dan kemudian kembali melemah. Dengan kata lain, pertumbuhan dan perkembangan, sesuai dengan aturan alam, ada kenaikan dan penurunan. Ketika seseorang secara berangsur-angsur mencapai puncak perkembangannya, baik fisik maupun kognitif, beliau mulai menurun berangsur- angsur.Al-Qur’an menyatakan sebagai berikut:

Artinya : Allah, Dialah yang membuat kau dari keadaan lemah, kemudian Dia menyebabkan (kamu) sehabis keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menyebabkan (kamu) sehabis berpengaruh itu lemah (kembali) dan beruban. Dia membuat apa yang dikehendakiNya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS Al-Rum [30]: 54)

Artinya : Allah membuat kamu, kemudian mewafatkan kamu, dan di antara kau ada yang dikembalikan pada umur yang paling lemah (pikun), supaya beliau tidak mengetahui segala sesuatupun yang pernah dike¬tahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS Al-Nahl [16]: 70)

Dengan demikian, terlihat bahwa teladan yang disebutkan dalam ayat ini sanggup diterapkan pada semua manusia.Semua insan diciptakan dalam keadaan lemah.Hal ini mengacu pada tahap pertama penciptaan insan di dalam rahim hingga persalinan.Manusia sangat lemah dalam tahap awal ini, baik secara fisik maupun mental. Lemahnya insan pada awal kehidupan ini juga meliputi pada lemahnya keadaan mental seseorang, sebagaimana dinyatakan berikut ini:

Artinya : Dan Allah mengeluarkan kau dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kau pendengaran, penglihatan dan hati, semoga kau bersyukur. (QS Al-Nahl [16]: 78)

Dalam ayat- ayat lainnya dinyatakan dengan terang teladan keadaan lemah merupakan huruf pertama dari seluruh awal kehidupan manusia, dan kemudian menguat dalam perkembangan selanjutnya.

Artinya : Kami perintahkan kepada insan supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya: ibunya mengandungnya dengan keadaan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula), mengandungnya hingga menyapihnya ialah tiga puluh bulan. Sehingga apabila beliau telah remaja (usia dengan kekuatan penuh) dan umurnya hingga empat puluh tahun ia akan berdoa: "Ya Tuhanku. Tunjukilah untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku... (QS Al-Ahqaf [46]:15).

Deduksi analogik yang sanggup dibentuk dari ayat ini ialah masing- masing kehidupan insan dimulai dengan keadaan lemah, berangsur-angsur mencapai puncak kekuatan, dan kemudian berangsur-angsur menurun, menyerupai yang terkandung pada ayat sebelumnya. Penurunan merupakan dimensi kedua dari keadaan lemah yang menandai kehidupan mansuia pada tamat kehidupannya. Hal ini juga dinyatakan dalam ayat ini dan ayat- ayat lain sebelumnya. Pola ini terlihat berlaku umum pada semua nanusia dalam kesehariannya.

Walaupun teladan ini terjadi pada setiap manusia, selalu ada sejumlah perbedaan antar individu dalam hal variabel dan proses perkembangan spesifik. Sebagai gambaran, sanggup dilihat dua orang kembar identik yang lahir pada ketika bersamaan.Prinsip ini sanggup diterapkan pada keduanya dalam pengertian mereka lahir tidak berdaya, lemah, insan yang masih kecil, dan kemudian keduanya berangsur- angsur tumbuh dan memperoleh kekuatan. Namun, yang satu sanggup saja mempunyai kulit yang lebih gelap daripada yang lainnya. Atau, yang satu mungkin lebih gemuk, sementara yang lain lebih kurus. Hal ini merupakan bentuk perbedaan individual. Namun, hal ini tidak sanggup menghilangkan fakta adanya prinsip teladan perkembangan yang bersifat umum, walaupun tetap terdapat fakta perbedaan individual.

No comments:

Post a Comment