Sunday, 24 February 2019

Jadi Akil Aturan Hutang Uang Modal Dibayar Dengan Barang Sesudah Panen Dalam Islam


Si A setiap mau tanam padi tak punya modal, balasannya si B memperlihatkan pinjaman modal pada si A sebesar Rp. 1.500.000, dengan kesepakatan nanti bayarnya dengan gabah sebanyak 1 ton setelah panen (100 kg gabah di hargai Rp. 150.000,). Padahal harga normal gabah 100 kg sebesar Rp. 250.000, Berarti si B menerima laba sebesar Rp. 1.000.000,

Pertanyaan;

  1. Masuk pada komitmen apakah kasus di atas?
  2. Akad apakah yang harus dipakai semoga si B tidak termasuk pelaku riba?
  3. Jika memang haram hukumnya, adakah aturan yang memperbolehkannya?

Jawaban;
  1. Termasuk komitmen Qordhu (hutang piutang) yang fasid (rusak/tidak sah)

  2. Akad pinjaman yaitu dukungan kepemilikan sesuatu untuk lalu dikembalikan lagi dengan jenis yang sama. [I’aanah Atthoolibiin III/48]
  3. Bisa menggunakan jawaban yang ketiga (solusi)
  4. Solusinya :

a. Jangan disyaratkan (disebutkan) di dalam aqad.

وَالْحَاصِلُ أَنَّ كُلَّ شَرْطٍ مَنَافٍ لِمُقْتَضَى الْعَقْدِ إنَّمَا يُبْطِلُ إنْ وَقَعَ فِي صُلْبِ الْعَقْدِ أَوْ بَعْدَهُ وَقَبْلَ لُزُومِهِ لَا إنْ تَقَدَّمَ عَلَيْهِ وَلَوْ فِي مَجْلِسِهِ كَمَا يَأْتِي

Kesimpulannya adalah, setiap syarat yang meniadakan subtansi (tuntutan) dari sebuah komitmen hanya sanggup batal apabila terjadi di dalam akad, atau setelah komitmen tetapi belum terealisir secara pasti, bukan ketika sebelum komitmen meskipun terdapat di kawasan komitmen tersebut.

التحفة – (ج 17 / ص 61) (أحكام الفقهاء ص 245)
ومنه القرض لمن يستأجر ملكه أى مثلا بأكثر قيمته لأجل القرض إن وقع ذلك شرطا إذ هو حينئذ حرام إجماعا وإلا كره عندنا وحرام عند كثير من العلماء قاله السبكى.

Di antara riba qardl adalah, hutang piutang bagi sesorang yang akan menyewakan (semisal tanah) miliknya dengan harga yang lebih tinggi, dengan catatan apabila transaksi tersebut disebutkan dalam akad, lantaran apabila hal tersebut terjadi dalam akad, maka hukumnya yaitu haram, sesuai onsensus (ijma’) para ulama. Tetapi apabila tidak disebutkan dalam akad, maka berdasarkan Madzhab Syafi’iyyah yaitu makruh, dan haram berdasarkan ulama yang lain. Pendapat ini disampaikan oleh Imam Subki”. [I’aanah Atthoolibiin III/53]

b. Kelebihan dari harta pinjaman dijadikan hibah/hadiah oleh orang yang meminjam
وجاز لمقرض نفع يصل له من مقترض كرد الزائد قدرا أو صفة والأجود فى الردىء بلا شرط فى العقد بل يسن ذلك لمقترض لقوله إن خياركم أحسنكم قضاء ولا يكره للمقرض أخذه كقبول هديته ولو فى الربوى والأوجه أن المقرض يملك الزائد لفظ لأنه وقع تبعا وأيضا فهو يشبه الهدية وأن المقترض إذا دفع أكثر مما عليه وادعى أنه إنما دفع ذلك ظنا أنه الذى عليه حلف ورجع فيه. وأما القرض بشرط جر نفع لمقرض ففاسد لخبر كل قرض جر منفعة فهو ربا وجبر ضعفه مجىء معناه عن جمع من الصحابة.

Dan diperbolehkan bagi pihak yang memberi hutang (muqridl) untuk mendapatkan sesuatu yang lebih (manfaat) dari pihak yang berhutang (muqtaridl) menyerupai membayar hutang dengan nilai yang lebih baik secara kwantitas atau kwalitasnya, (seperti) berhutang sesuatu yang buruk dibayar dengan yang lebih bagus, dengan tanpa syarat (penyebutan) pada ketika komitmen pinjaman. Bahkan berbuat menyerupai itu disunnahkan bagi pihak yang berhutang, lantaran sabda Rasulullah SAW artinya “Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian yaitu yang paling anggun cara membayarnya”. Dan tidak dimakruhkan bagi pihak yang memberi hutang untuk mengambilnya sebagaimana mendapatkan hadiah dari pihak yang berhutang, meskipun dalam transaksi ribawi.

Menurut pendapat yang lebih kuat, suplemen dari hutang tersebut menjadi hak milik bagi pihak yang memberi hutang tanpa adanya penjelasan, lantaran hal tersebut diikutsertakan dalam pengembalian hutang, juga sama menyerupai hadiah (masih berdasarkan pendapat yang kuat), bahwa apabila pihak yang berhutang membayar hutang lebih banyak dari hutang yang berada dalam tanggungannya, dan beliau mngaku bahwa, ia melakukannya lantaran (ia semula) mengira jumlah hutangnya sebanyak itu, maka ia disumpah dan dikonfirmasikan.

Adapun transaksi hutang piutang yang disyaratkan dengan pengambilan laba bagi pihak yang memberi hutang, maka komitmen tersebut batal. Kalau berdasarkan hadits yang artinya “Setiap hutang piutang yang mengambil laba yaitu riba”. (hadits ini intinya yaitu dla’if tetapi kedla’ifan hadits ini ditopang oleh hadits lainnya yang sama yang diriwayatkan dari sekelompok para sobat sehingga hadits ini ons dijadikan hujjah lantaran sudah naik ke tingkat hadits hasan)”.
[I’aanah Atthoolibiin III/53]

c. Kelebihan dari harta pinjaman dijadikan nadzar oleh orang yang meminjam
مسألة: اعطاء الربوي عند الاقتراض ولو للضرورة بحيث انه لو لم يعط لم يقرضه لا يدفع الاثم اذ له طريق الى حل اعطاء الزائد بطريق النذر او غيره من الاسباب المملكة لا سيما اذا قلنا بالمعتمد ان النذر لا يحتاج الى القبول لفظ
غاية تلخيص المراد ص129

Namun demikian berdasarkan imam AlGhozali hutang piutang yang demikian dihukumi haram secara mutlak
(قوله: وقول الغزالي) مبتدأ خبره شاذ.(وقوله: يحرم إلخ) مقول القول.قال في التحفة بعده: على أنه – أي الغزالي في بسيطه – جرى على المذهب، فجعل الورع اجتناب معاملة من أكثر ماله ربا.قال: وإنما لم يحرم – وإن غلب على الظن أنه ربا – لان الاصل المعتمد في الاملاك اليد، ولم يثبت لنا فيه أصل آخر يعارضه، فاستصحب ولم يبال بغلبة الظن.اه
I’aanah Atthoolibiin II/241

Jikadi masukkan pada komitmen salam, maka juga termasuk komitmen salam yang fasid lantaran temponya di anggap tempo yang tidak menentu yang tidak diperkenankan (pengembalian pasca panen di anggap tidak sanggup dijadikan pegangan lantaran si dul dalam perjuangan menanam sanggup saja tidak mendapatkan hasil panenannya)

وَيُشْتَرَطُ أَنْ يَكُونَ الْأَجَلُ مَعْلُومًا
Asna Almathoolib II/125

واتفق أئمة المذاهب على أن السلم يصح بستة شروط: وهي أن يكون في جنس معلوم، بصفة معلومة، ومقدار معلوم، وأجل معلوم
AlFiqh al-Islam wa adillatuh V/269

Kaprikornus solusinya mari mengajak para sahabat-sahabat kita untuk memantapkan kembali hati dan keyakinan akan penerapan komitmen Syariah, walaupun ada tantangan motivasi bahwa akan tiba suatu jaman dimana ummat Islam seakan pegang api yang membara kalau menerapkan syariah. Wallahu A'lam bis showab...

No comments:

Post a Comment