Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Di dalam acara proses berguru mengajar, guru matematika bisa memakai model pembelajaran yang bisa menciptakan siswa ikut aktif di dalam acara proses berguru mengajar dan juga merasa tertarik dengan pelajaran matematika. Salah satu model pembelajaran yang bisa dipakai oleh guru yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Dalam penerapan jigsaw ini, siswa dibagi dalam bentuk kelompok dengan 4 atau 5 anggota kelompok berguru yang heterogen. Mulai dari tingkat kemampuan, jenis kelamin, suku/ ras yang berbeda. Materi pelajaran diberikan dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari penggalan tertentu materi yang diberikan itu.
Anggota dari kelompok lain yang menerima kiprah topik yang sama berkumpul dan berdiskusi mengenai topik tersebut, kelompok ini disebut kelompok ahli. Selanjutnya anggota kelompok hebat kembali ke kelompok asal, dan mengajarkan kembali apa yang telah dipelajarinya dan didiskusikan di dalam kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada sobat kelompok asal. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam kelompok asal, masing - masing siswa dikenai kuis mengenai materi yang telah dipelajari.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
- Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang).
- Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi - bagi menjadi beberapa sub bab.
- Setiap anggota kelompok membaca sub penggalan yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
- Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub penggalan yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok hebat untuk mendiskusikannya.
- Setiap anggota kelompok hebat sehabis kembali ke kelompoknya bertugas mengajar sobat - temannya.
- Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa - siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
- Penghargaan kelompok, Guru memberikan penghargaan kepada salah satu kelompok yang nilainya lebih tinggi dari kelompok yang lain.
Kelebihan dan Kelemahan Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
- kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Belajar kooperatif sangat efektif untuk memperbaiki kekerabatan antar suku dan etnis dalam kelas multibudaya dan memperbaiki kekerabatan antara siswa normal dan siswa penyandang cacat. Davidson (1991) memberikan sejumlah implikasi aktual dalam berguru matematika dengan memakai model berguru kooperatif, yaitu sebagai berikut:- Kelompok kecil memberikan santunan sosial untuk berguru matematika.
- Kelompok kecil memperlihatkan kesempatan untuk sukses bagi semua siswa dalam matematika
- Masalah matematika idealnya cocok untuk diskusi kelompok, lantaran mempunyai solusi yang sanggup didemonstrasikan secara objektif
- Siswa dalam kelompok sanggup membantu siswa lain untuk menguasai masalah-masalah dasar dan mekanisme perhitungan yang perlu dalam konteks permainan, teka-teki, atau pembahasan masalah-masalah yang bermanfaat.
- Kelemahan model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
- Prinsip utama contoh pembelajaran ini ialah “peer teaching”, pembelajaran oleh sobat sendiri, ini akan menjadi hambatan lantaran perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan di diskusiskan bersama dengan siswa lain.
- Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk bisa berdiskusi memberikan meteri pada teman, bila siswa tidak punya rasa percaya diri.
- Rekod siswa perihal nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup usang untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
- Awal penggunaan model ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik
- Upaya Mengatasi Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ialah sebagai berikut :
- Guru menunjukan terlebih dahulu materi yang akan didemontrasikan secara singkat dan terperinci disertai dengan aplikasinya
- Mengoptimalisasi waktu dengan cara memberi batasan dalam pembuatan pertanyaan dan menjawab pertanyaan.
- Guru harus lebih bersahabat terhadap muridnya biar sanggup mengetahui kemampuan masing-masing siswanya
- Guru harus sanggup mengatur waktu untuk memakai model pembelajaran tipe jigsaw tersebut.
Referensi :
Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Malang : YP2LPM 1984
Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Maling : Universitas Negeri Malang 2003
Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Malang : YP2LPM 1984
Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Maling : Universitas Negeri Malang 2003
No comments:
Post a Comment