Saturday 2 January 2021

Lebih Berakal Sekolah Percontohan E-Sabak Tahun 2015 Dimulai Dari Tempat 3T (Terdepan, Terluar Dan Tertinggal)

Sahabat Edukasi yang sedang berbahagia...

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus memantapkan langkah dalam penyediaan kegiatan sabak elektronik atau e-sabak, sarana pembelajaran interaktif bagi siswa dan guru dengan media tablet. 

Program ini akan dimulai di kawasan 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) yang ada di beberapa wilayah Indonesia.

Demikian disampaikan Plt. Kepala Pusat Informasi dan Humas (PIH) Kemendikbud, Ari Santoso, pada rapat koordinasi dengan Telkom Indonesia di kantor Kemendikbud, Jakarta, Selasa (20/1/2015). 

Menurut Ari, langkah pertama implementasi kegiatan e-sabak ini sebaiknya sebagian besar dilaksanakan di kawasan 3T tapi untuk sekolah-sekolah yang mempunyai jaringan internet dan teraliri listrik, lalu di sekolah-sekolah yang mempunyai aliran listrik tetapi tidak ada jaringan internet serta sebagian kecil di sekolah-sekolah yang tidak mempunyai aliran listrik dan koneksi internet. 

Khusus untuk kawasan yang belum mempunyai aliran listrik, rencananya akan dibantu dengan memakai solar cell atau teknologi energi listrik lainnya yang sesuai dengan karakteristik kawasan tersebut,” katanya. 

Ari yang juga Kepala Pusat Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom) mengharapkan, dengan e-sabak, siswa dan guru sanggup lebih aktif memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran dan bukan saja sebagai konsumen konten digital tapi sanggup menjadi produsen konten. “Mereka harus lebih aktif dalam memakai e-sabak di kelas dan sanggup menjadi lebih kreatif serta menjadi produsen konten yang sesuai dengan wilayahnya masing-masing,” ujar Ari.

Pada kesempatan yang sama, General Manager Segment Education Management Service Telkom Indonesia, Saleh Abdurahman, menyampaikan e-sabak merupakan balasan terhadap perkembangan teknologi yang semakin canggih untuk dunia pendidikan. Program ini, kata dia, bertujuan untuk meningkatkan layanan pendidikan, meningkatkan kompetensi guru, serta merangsang minat baca dan menimbulkan guru dan siswa lebih kreatif. “Selain itu, e-sabak juga mempunyai nilai efisiensi,” katanya.

Saleh menjelaskan, mahalnya biaya mencetak dan distribusi buku pelajaran yaitu salah satu alasan mengapa e-sabak menjadi lebih efisien . Belum lagi, kata dia, adanya risiko keterlambatan buku hingga ke sekolah sehingga menghambat proses mencar ilmu mengajar. “E-sabak juga menjadi semacam akselerasi bagi kawasan yang mempunyai kesenjangan saluran informasi,” tuturnya. (Ratih Anbarini/Agi Bahari)

No comments:

Post a Comment